lagi pingin-pinginnya ngepost cerpen :) . wkwkwk
Seuntai senyuman
Oleh:
Alfan hidayah kusuma
Kelas:
2 sci ipa
Rona mentari yang terlihat begitu indah mulai terlihat
malu-malu, burung –burungpun terlihat senang menyambut hari yang terlihat jauh
dari kesan kelam. ku beranjak dari ranjang kusam yang mengantarkan ku pada pagi
di setiap hariku. Ahh, ternyata ku terbangun karena burung-burung yang
bersenandung di luar jendela. Ku mencoba tuk tertidur kembali, namun ku
tertatih setelah jam didingku berbisik ku memiliki janji dengan teman-teman ku
untuk bermain pagi ini.
Ku bersegera beranjak
dari tempat tidurku untuk bergegas pergi mandi, dan pergi bermain bersama
keempat sahabatku. Keempat sahabatku itu adalah Ujang, Yuda, Arman dan Abi. Ku bergegas pergi ke tempat biasa kami
berkumpul, yaitu di pohon “gandaria”. Pohon ini besar dan memiliki buah yang
enak , terliht dari jauh mirip dengan pohon beringin, yang memiliki ranting
yang rindang . ku berjalan di atas jerami-jerami yang kering dan lapuk karna
usia, di situ terlihat para petani yang tengah memanen padi mereka, terlihat
senyuman mereka yang merona, seperti menemukan sebongkah berlian yang sangat
mahal harga nya. ku terus berjalan meyusuri hamparan sawah-sawah. Tanpa henti
ku barjalan, hingga ku sampai di markas besar kami.
Di sini aku dan mereka terbiasa bersama, menjalani hari-hari indah , mengukir waktu
dengan kenangan-kenangan yang tak bisa ku lupakan. Sampai detik ini pun aku
selalu bergembira berbagi senyuman bersama meraka , wajar saja anak berusia 9
tahun seperti ku sangat gemar bermain, apa lagi dengan kondisi rumah ku yang
mewah atau mepet sawah ini . Aku pun langsung bergegas bermain bersama teman-teman
ku itu, aku merasa senang hari ini kami bisa mengukir kebahagiaan kembali. Pada saat itu kami ber 5 menyadari bahwa hari ini ternyata pak lurah Achmad
sedang merayakan khitanan anak nya dengan menyelenggarakan pertunjukan “kuda
lumping”. sebuah kesenian khas pulau Jawa ini sering di selenggarakan di desa kami
untuk merayakan acara khitanan terutama
untuk hiburan bagi masyarakat. Memang saat ini terlalu pagi untuk menyaksikan acara itu, namun kami
tetap semangat untuk menunggu nya sampai siang nanti.
Saat kami tiba di sana kami terperangah karena terlihat para
pedagang yang tengah menjajakan dagangan mereka. Sebagai anak-anak yang masih
berusia antara 8-10 tahun kami berlima begitu saja berlari mengunjungi para
pedang itu. Aku sempat berjlan sebentar melihat-lihat makanan yang dijual
hingga ku terhenti di tempat pedagang yang menjual makanan-makanan ringan.
Terlihat di situ seorang nenek tengah berjualan duduk di sebuah tikar yang terlihat kusam, ia memakai baju batik
panjang yang sudah terlihat pudar serta memaki bawahan samping yang hanya
dililitkan saja. Aku terdiam dihadapan nenek itu dan tiba tiba datang seorang
wanita yang berusia 9 tahunan menghampiri nenek itu.
“ini nek es batu yang nenek pesan tadi.” Kata gadis
kecil itu sambil memberikan sekantung plastik yang berisikan 2 buah es batu.
“o iya ndok, makasih. Tolong jaga
dagangan sebentar, nenek ingin pulang dahulu untuk membuat es cendol.” Kata
nenek itu lalu pergi membawa es batu tadi.
Anak itu sungguh
manis, bertubuh ramping serta memakai pakaian yang sangat sederhana. Ia hanya
memakai baju terusan bewarna pink, yang tidak begitu mewah namun sangat pantas
di pakai nya. jari-jari anak itu sungguh lentik dengan kuku-kuku nya yang indah
walau tanpa di hiasi sebuah permatapun. Ia memakai krudung segi empat bewarna
merah hati. Lau aku mencoba untuk mendekati nya untuk pura-pura membeli makanan
yang dijualnya. Aku mendekatinya lalu jongkok memilih-milih jajanan itu. Aku
merasa malu untuk berkata, tak ada sepatah katapun yang dapat ku utarakan. Aku
terasa bisu, dan tubuh ku ini terasa gemetar. Terlihat gadis itupun terlihat
seperti malu untuk mengucapakan kata-kata, ia pun hanya biasa tersenyum kecil
melihatku yang kebingungan memilih makanan. Tak sengaja saat ku tanganku
memilih jajanan, tanganku meyentuh tangan nya, sontak ia pun menarik tangan
nya. Pipi nya terlihat merah sambil tersenyum.
“eh, maaf aku tak sengaja menyentuh
tangan mu.” Ucapku yang mengucapkan kata dengan lirih. Namun ia tak berkata
sepatah katapun lalu meninggalkan tempat dagangan nya. Aku sungguh penasaran
dengan wanita ini. Tiba-tiba temanku datang menggagetkanku.
“ada
apa kamu sendirian disini, mari kita pergi untuk bermain bola sejenak.” Ucap
yuda. Aku berjalan dengan merasa terbayang-bayang akan sosok wanita tadi,
sampai-sampai aku merasa enggan untuk bermain. Tiba-tiba aku melihat anak itu
lagi, ia sedang membantu nenek tadi mengangkat cendol milik nenek itu.
“Abi apakah kamu tau siapa wanita
itu.” Tanyaku pada abi sambil menunjuk ke arah gadis itu.
“oh itu, iya bernama mona. Ia adalah
adik sepupu nya arman yang tinggal bersama nenek dan paman nya, memang nya ada
apa?.’ ucap abi
“oh, tidak ada apa-apa aku hanya
seperti baru melihat nya.”
Akupun
mencoba kembali lagi ketempat jualan nenek tadi untuk berpura-pura membeli
cendol, aku sangat gerogi sekali melihat nya, aku mencoba memeperhatikan nya,
namun ia terliahat tertunduk malu, tak ada sepatah katapun yang dapat kami
ucapakan. Sakking penasaran nya aku dengan nya aku sampai bolak-balik membeli
makanan di sana. Ah aku tak peduli uangku habis, yang penting aku dapat bertemu
dengan anak ini.
“ Kalo tidak salah suadah empat kali
kamu datang kemari dan membeli makanan yang sama.” Ucap gadis itu.
Aku sungguh
terkejut sejak tadi baru kali ini ia mau berbicara pada ku. Aku sungguh malu.
“ti..tidak papa aku hanya menyukai jajanan yang ada di sini.” Ucapku
gugup. Aku lalu pergi hingga akhirnya aku pulang karna hari telah sore. Dibalik
jendela yang terlihat berdebu, ku hany memandangi burung yang tengah berebut
makanan sambil memikirkan gadis itu. Ingin rasa nya ku bermain bersamanya. Tapi
ku malu untuk mengajak nya. Apakah ini yang di rasakan orang dewasa saat
merasakan jatuh cinta. Ah tak mungkin rasanya anak seusiaku sudah merasakan
jatuh cinta. Namun kuberanikan diri untuk membuat surat untuk nya, untuk ku
ajak pergi ke acara mauled nabi muhamad saw esok malam. Namun rasanya kubingung
sekali untuk memulai kata-kata ini. Aku tak pernah sekalipun membuat syair
indah, ataupun sebait puisi sebelum nya. ah tapi perlahan-lahan ku memulai
menggoreskan tinta ini.
Untuk
mu yang memiliki senyum manis :Mona
Ku
gapai semua kata, intuk menulis surat ini untuk mu. Sungguh tak sanggup tuk
menumpahkan semua yang ku rasa di surat ini .Andai kau tau, senandung yang di
nyanyikan burung di pagi hari telah mengantarkan ku pada sesosok gadis yang
menggugah hatiku.Andai kau mau pergi bersamaku ke acara maili nabi esok malam
kan ku tunggu dengan sengang hati balasan surat ini.
Dari:
Alvan
aku menitipkan surat ini pada Arman
untuk di sampaikan nya pada mona. Sebenarnya ia tak mau memberikan surat itu,
karna ia takut dengan paman Mona yang galak. Walau saudara sendiri ia takut
pada paman mona. Namun ia mencoba memberikan surat yang aku berikan kepadanya
walau dengan rasa takut dengan paman mona. Namun esoknya Arman memberikan surat
balasan yang dititipkan ke arman oleh mona.
Balasan surat dariku, entah
apa yang harus ku tulis, karna aku merasakan apa yang kamu rasakan. Namun
apabila burung telah mentakdirkan untuk kita berteman. Aku akan datang bersamamu
di acara mauled nabi nanti malam.
Dari
: mona
Aku sungguh senang mendapat surat darinya,
walau surat ini tak romantis seperi kata-kata yang di miliki para pujangga,
namun ini sangat menggoyah hatiku. Aku tak sabar untuk menunggu nanti malam. Oh
Tuhan anak kecil sepertiku apakah pantas merasakan ini. Aku harap aku akan
merasakan kebahaiaan ini setiap saat.
Malam telah datang aku tak sabar untuk
menjalani hari ini. Aku bergegas dengan menggunakan piama yang dibelikan ayahku
sewaktu lebaran. Memang baju ini tidak terlalu bagus, namun baju ini sangat aku
senangi. Aku tiba disana dengan hati yang berdebar-debar. aku tiba disana lalu
menghampiri mona yang sudah menungguku di tempat ibu yang sedang berjualan
harum manis. Aku menghampiri nya, terlihat ia tersenyum manis namun malu-malu,
aku datang dan membeli 2 buah harum manis lalu ku berikan padanya satu. Ia
sangat senang di beri harum manis oleh ku, lalu berdua terduduk di atas rumput
lapangan dekat panggung pertunjukan maulid nabi. Kami berdua memandangi langit
yang bertabur bintang sambil perlahan memakan harum manis. Kami memandangi
keindahan malam ia lalu menatapku lalu tersenyum manis. Oh sungguh ku merasa
malu dilihat nya seperti itu.
“aku
berdia disini bersamamu, dengan perasaan senang mon, aku senang berteman
denaganmu.” Ucapku yang dibalas oleh nya senyuman.
“mengapa
kamu tersenyum mon, apakah aku salah mengucapkan itu.”
“aku
tersenyum bukan berarti kau salah, tapi ku memberikan seuntai senyuman ini
untuk mu karnaku tak bisa memberikan barang yang cukup berharga bagimu.” Ucap
nya sambil tersenyum manis. Aku sungguh senang sekali, namun hari sudah cukup
malam sehingga kami harus berpisah. Aku tak bisa melupakan malam ini sampai
esok pagi ku berniat untuk mengajak nya bermain lagi.
Saat ku berjalan tiba-tiba arman berlari
menghapiriku dengan nafas yang
terengah-engah.
“alfan, mona sedang akan pergi ke Malang karna ibunya sakit, dan ia
menitipkan ini padaku.” Ucap arman lalu
memberikan surat dari Mona. Tanpa membaca surat itu aku langsung bergegas
berlali pergi kerumah mona, namun saat ku sampai di depan rumahnya ia barusaja
pergi menggunakan mobil. Aku berlari mengejarnya namun ini mustahil untuk
terkejar. Oh tuhan mengapa kau berikan kebahagian semalam kalau pada akhirnya
saat ini ku berpisah. Aku lalu terduduk lemas di lapangan tempat ku semalam
bersamanya. Ku terlentang lalu membaca surat darinya.
Untuk sahabt yang baru
ku kenal
AKu
sangat senang semalam bersamamu bermain, namun apa daya setiap ada pertemuan
tak kala kita harus siap untuk berpisah. Ku harap kau dapat menyimpan seuntai
senyuman dariku untuk memori apabila kita dapat bertemu lagi.
Mona
aku meneteskan
air mata membaca surat ini, namun ku sangat bahagia bisa mengenal nya dan
bersamanya semalam. Semoga seuntai senyman ini awal untuk mendapat senyuman
yang lain.