Pages

Selamat Datang!!

Senin, 30 September 2013


lagi pingin-pinginnya ngepost cerpen :) . wkwkwk
Seuntai senyuman

Oleh: Alfan hidayah kusuma
Kelas: 2 sci ipa
Rona mentari yang terlihat begitu indah mulai terlihat malu-malu, burung –burungpun terlihat senang menyambut hari yang terlihat jauh dari kesan kelam. ku beranjak dari ranjang kusam yang mengantarkan ku pada pagi di setiap hariku. Ahh, ternyata ku terbangun karena burung-burung yang bersenandung di luar jendela. Ku mencoba tuk tertidur kembali, namun ku tertatih setelah jam didingku berbisik ku memiliki janji dengan teman-teman ku untuk bermain pagi ini.
 Ku bersegera beranjak dari tempat tidurku untuk bergegas pergi mandi, dan pergi bermain bersama keempat sahabatku. Keempat sahabatku itu adalah Ujang, Yuda, Arman dan Abi.  Ku bergegas pergi ke tempat biasa kami berkumpul, yaitu di pohon “gandaria”. Pohon ini besar dan memiliki buah yang enak , terliht dari jauh mirip dengan pohon beringin, yang memiliki ranting yang rindang . ku berjalan di atas jerami-jerami yang kering dan lapuk karna usia, di situ terlihat para petani yang tengah memanen padi mereka, terlihat senyuman mereka yang merona, seperti menemukan sebongkah berlian yang sangat mahal harga nya. ku terus berjalan meyusuri hamparan sawah-sawah. Tanpa henti ku barjalan, hingga ku sampai di markas besar kami.
Di sini aku dan mereka terbiasa bersama,  menjalani hari-hari indah , mengukir waktu dengan kenangan-kenangan yang tak bisa ku lupakan. Sampai detik ini pun aku selalu bergembira berbagi senyuman bersama meraka , wajar saja anak berusia 9 tahun seperti ku sangat gemar bermain, apa lagi dengan kondisi rumah ku yang mewah atau mepet sawah ini . Aku pun langsung bergegas bermain bersama teman-teman ku itu, aku merasa senang hari ini kami bisa mengukir kebahagiaan kembali.  Pada saat itu kami ber 5  menyadari bahwa hari ini ternyata pak lurah Achmad sedang merayakan khitanan anak nya dengan menyelenggarakan pertunjukan “kuda lumping”. sebuah kesenian khas pulau Jawa ini sering di selenggarakan di desa kami untuk merayakan acara khitanan  terutama untuk hiburan bagi masyarakat. Memang saat ini terlalu pagi    untuk menyaksikan acara itu, namun kami tetap semangat untuk menunggu nya sampai siang nanti.                                             
Saat kami tiba di sana kami terperangah karena terlihat para pedagang yang tengah menjajakan dagangan mereka. Sebagai anak-anak yang masih berusia antara 8-10 tahun kami berlima begitu saja berlari mengunjungi para pedang itu. Aku sempat berjlan sebentar melihat-lihat makanan yang dijual hingga ku terhenti di tempat pedagang yang menjual makanan-makanan ringan. Terlihat di situ seorang nenek tengah berjualan duduk di sebuah tikar  yang terlihat kusam, ia memakai baju batik panjang yang sudah terlihat pudar serta memaki bawahan samping yang hanya dililitkan saja. Aku terdiam dihadapan nenek itu dan tiba tiba datang seorang wanita yang berusia 9 tahunan menghampiri nenek itu.
            “ini nek  es batu yang nenek pesan tadi.” Kata gadis kecil itu sambil memberikan sekantung plastik yang berisikan 2 buah es batu.
            “o iya ndok, makasih. Tolong jaga dagangan sebentar, nenek ingin pulang dahulu untuk membuat es cendol.” Kata nenek itu lalu pergi membawa es batu tadi.
Anak itu sungguh manis, bertubuh ramping serta memakai pakaian yang sangat sederhana. Ia hanya memakai baju terusan bewarna pink, yang tidak begitu mewah namun sangat pantas di pakai nya. jari-jari anak itu sungguh lentik dengan kuku-kuku nya yang indah walau tanpa di hiasi sebuah permatapun. Ia memakai krudung segi empat bewarna merah hati. Lau aku mencoba untuk mendekati nya untuk pura-pura membeli makanan yang dijualnya. Aku mendekatinya lalu jongkok memilih-milih jajanan itu. Aku merasa malu untuk berkata, tak ada sepatah katapun yang dapat ku utarakan. Aku terasa bisu, dan tubuh ku ini terasa gemetar. Terlihat gadis itupun terlihat seperti malu untuk mengucapakan kata-kata, ia pun hanya biasa tersenyum kecil melihatku yang kebingungan memilih makanan. Tak sengaja saat ku tanganku memilih jajanan, tanganku meyentuh tangan nya, sontak ia pun menarik tangan nya. Pipi nya terlihat merah sambil tersenyum.
            “eh, maaf aku tak sengaja menyentuh tangan mu.” Ucapku yang mengucapkan kata dengan lirih. Namun ia tak berkata sepatah katapun lalu meninggalkan tempat dagangan nya. Aku sungguh penasaran dengan wanita ini. Tiba-tiba temanku datang menggagetkanku.
            “ada apa kamu sendirian disini, mari kita pergi untuk bermain bola sejenak.” Ucap yuda. Aku berjalan dengan merasa terbayang-bayang akan sosok wanita tadi, sampai-sampai aku merasa enggan untuk bermain. Tiba-tiba aku melihat anak itu lagi, ia sedang membantu nenek tadi mengangkat cendol milik nenek itu.  
            “Abi apakah kamu tau siapa wanita itu.” Tanyaku pada abi sambil menunjuk ke arah gadis itu.
            “oh itu, iya bernama mona. Ia adalah adik sepupu nya arman yang tinggal bersama nenek dan paman nya, memang nya ada apa?.’ ucap abi
            “oh, tidak ada apa-apa aku hanya seperti baru melihat nya.”
Akupun mencoba kembali lagi ketempat jualan nenek tadi untuk berpura-pura membeli cendol, aku sangat gerogi sekali melihat nya, aku mencoba memeperhatikan nya, namun ia terliahat tertunduk malu, tak ada sepatah katapun yang dapat kami ucapakan. Sakking penasaran nya aku dengan nya aku sampai bolak-balik membeli makanan di sana. Ah aku tak peduli uangku habis, yang penting aku dapat bertemu dengan anak ini.
            “ Kalo tidak salah suadah empat kali kamu datang kemari dan membeli makanan yang sama.” Ucap gadis itu.
Aku sungguh terkejut sejak tadi baru kali ini ia mau berbicara pada ku. Aku sungguh malu.
            “ti..tidak papa aku hanya  menyukai jajanan yang ada di sini.” Ucapku gugup. Aku lalu pergi hingga akhirnya aku pulang karna hari telah sore. Dibalik jendela yang terlihat berdebu, ku hany memandangi burung yang tengah berebut makanan sambil memikirkan gadis itu. Ingin rasa nya ku bermain bersamanya. Tapi ku malu untuk mengajak nya. Apakah ini yang di rasakan orang dewasa saat merasakan jatuh cinta. Ah tak mungkin rasanya anak seusiaku sudah merasakan jatuh cinta. Namun kuberanikan diri untuk membuat surat untuk nya, untuk ku ajak pergi ke acara mauled nabi muhamad saw esok malam. Namun rasanya kubingung sekali untuk memulai kata-kata ini. Aku tak pernah sekalipun membuat syair indah, ataupun sebait puisi sebelum nya. ah tapi perlahan-lahan ku memulai menggoreskan tinta ini.
Untuk mu yang memiliki senyum manis :Mona
Ku gapai semua kata, intuk menulis surat ini untuk mu. Sungguh tak sanggup tuk menumpahkan semua yang ku rasa di surat ini .Andai kau tau, senandung yang di nyanyikan burung di pagi hari telah mengantarkan ku pada sesosok gadis yang menggugah hatiku.Andai kau mau pergi bersamaku ke acara maili nabi esok malam kan ku tunggu dengan sengang hati balasan surat ini. 
                                                                                                                    Dari: Alvan
            aku menitipkan surat ini pada Arman untuk di sampaikan nya pada mona. Sebenarnya ia tak mau memberikan surat itu, karna ia takut dengan paman Mona yang galak. Walau saudara sendiri ia takut pada paman mona. Namun ia mencoba memberikan surat yang aku berikan kepadanya walau dengan rasa takut dengan paman mona. Namun esoknya Arman memberikan surat balasan yang dititipkan ke arman oleh mona.               
Balasan surat dariku, entah apa yang harus ku tulis, karna aku merasakan apa yang kamu rasakan. Namun apabila burung telah mentakdirkan untuk kita berteman. Aku akan datang bersamamu di acara mauled nabi nanti malam.
                                                                                                           Dari : mona
Aku sungguh senang mendapat surat darinya, walau surat ini tak romantis seperi kata-kata yang di miliki para pujangga, namun ini sangat menggoyah hatiku. Aku tak sabar untuk menunggu nanti malam. Oh Tuhan anak kecil sepertiku apakah pantas merasakan ini. Aku harap aku akan merasakan kebahaiaan ini setiap saat.
 Malam telah datang aku tak sabar untuk menjalani hari ini. Aku bergegas dengan menggunakan piama yang dibelikan ayahku sewaktu lebaran. Memang baju ini tidak terlalu bagus, namun baju ini sangat aku senangi. Aku tiba disana dengan hati yang berdebar-debar. aku tiba disana lalu menghampiri mona yang sudah menungguku di tempat ibu yang sedang berjualan harum manis. Aku menghampiri nya, terlihat ia tersenyum manis namun malu-malu, aku datang dan membeli 2 buah harum manis lalu ku berikan padanya satu. Ia sangat senang di beri harum manis oleh ku, lalu berdua terduduk di atas rumput lapangan dekat panggung pertunjukan maulid nabi. Kami berdua memandangi langit yang bertabur bintang sambil perlahan memakan harum manis. Kami memandangi keindahan malam ia lalu menatapku lalu tersenyum manis. Oh sungguh ku merasa malu dilihat nya seperti itu.
            “aku berdia disini bersamamu, dengan perasaan senang mon, aku senang berteman denaganmu.” Ucapku yang dibalas oleh nya senyuman.
            “mengapa kamu tersenyum mon, apakah aku salah mengucapkan itu.”
            “aku tersenyum bukan berarti kau salah, tapi ku memberikan seuntai senyuman ini untuk mu karnaku tak bisa memberikan barang yang cukup berharga bagimu.” Ucap nya sambil tersenyum manis. Aku sungguh senang sekali, namun hari sudah cukup malam sehingga kami harus berpisah. Aku tak bisa melupakan malam ini sampai esok pagi ku berniat untuk mengajak nya bermain lagi.
 Saat ku berjalan tiba-tiba arman berlari menghapiriku  dengan nafas yang terengah-engah.
            “alfan,  mona sedang akan  pergi ke Malang karna ibunya sakit, dan ia menitipkan ini padaku.” Ucap arman  lalu memberikan surat dari Mona. Tanpa membaca surat itu aku langsung bergegas berlali pergi kerumah mona, namun saat ku sampai di depan rumahnya ia barusaja pergi menggunakan mobil. Aku berlari mengejarnya namun ini mustahil untuk terkejar. Oh tuhan mengapa kau berikan kebahagian semalam kalau pada akhirnya saat ini ku berpisah. Aku lalu terduduk lemas di lapangan tempat ku semalam bersamanya. Ku terlentang lalu membaca surat darinya.
Untuk sahabt yang baru ku kenal
AKu sangat senang semalam bersamamu bermain, namun apa daya setiap ada pertemuan tak kala kita harus siap untuk berpisah. Ku harap kau dapat menyimpan seuntai senyuman dariku untuk memori apabila kita dapat bertemu lagi.                             
                                                                                                                           Mona

aku meneteskan air mata membaca surat ini, namun ku sangat bahagia bisa mengenal nya dan bersamanya semalam. Semoga seuntai senyman ini awal untuk mendapat senyuman yang lain.
  Berbagi cerpen yang terinspirasi dari cerpen orang lain juga sih. hehe
Mentari untukku
             Malam yang sunyi dan sepi, dengan rembulan yang tersenyum menghiasi langit malam. Angin yang begitu kencang menerpa jendela rumah sederhana itu. Isak tangis yang terdengar lirih membuat Tinah terbangun dari tidur lelap nya. namun tak sebercak cahaya pun yang menemaninya pada saat itu, sehingga ia tak dapat melihat apapun di seklilling nya. Iapun berjalan meraba-raba almari yang kusam yang tepat berada di ranjang tempat ia tidur. Di ambilnya sebuah korek dan lilin lalu menghidupkan nya. Ia berjalan menyusuri suara yang sepertinya berasal dari kamar orang tua nya, dengan ditemani cahaya lilin yang berpijar tidak terlalu terang. Terjaduh nya lilin yang ia pegang saat ia mengetahui ibunya menangisi ayah nya yang telah tiada. Air mata mengalir begitu deras di pipi tinah menangisi ayah nya itu. Iya bersimpuh memeluk ayah nya yang telah tak berdaya itu di kasur lantai yang sudah kusam itu.
            “ayah bangun yah, jangan tinggalin tinah yah, bangun. Ibu, apa yang terjadi pada ayah bu, mengapa ayah tega meninggal kan kita berdua.” Uacap tinah sambil menggerak-gerakan tubuh ayah nya itu. Namun ibunya tak mampu berkata apapun. Ia hanya bisa menangis. Tangisan mereka ternyata terdengar sampai luar, sehingga tetangga dekat mereka mulai berdatangan kerumah mereka.
Mulai sepeninggalan ayah nya sekarang hidup tinah mulai berubah, keceriaan yang biasa terpancar dari anak smu kelas 2 ini mulai jarang sekali terlihat. Kini ia sering terlihat melamun dan menyendiri. Begitu juga terjadi pada ibu tinah, ia terbiasa melamun memikirkan kehiduan yang memaksa nya untuk bekerja keras.
            “ibu, mengapa ya bu Tuhan begitu tega mengambil ayah begitu cepat?” ucap tinah yang terduduk di lantai sambil bersenderan di bahu ibunya.
            “Tuhan tidaklah jahat, sebetulnya ini cobaan yang di berikan oleh tuhan pada kita, baik atau buruk yang di berikan oleh-NYA kita harus sabar, iman kita harus di perteguh, jkan disini ada ibu yang akan slalu menjagamu, kita berdua akan menghadapi ini bersama-sama.” Jawab ibunya sambil mengelus-elus kepala tinah. Namun walaupun ibu Tinah terlehat tegar ia sebetul nya merasa tertekan dengan kondisi ini, apalagi ia belum mendapat pekerjaan yang cukup untuk biaya kehidupannya dan biaya sekolah Tinah.
Suatu hari ibu Tinah pergi ketempat bum aria teman ia sewaktu muda, dan mulai saat itu ia menjadi asisten pribadi ibu maria. Namun perlahan sikap ibu tinah yang tadinya sering melalmun kini mulai berubah semenjak ia berteman debgan bu maria, seorajng janda yang terkenal tidak baik kelakuan nya. kini rumah ibu tinah yang tadi nya sedrhana, mulai mendekati bagus dan besar, dan kini di rumah  nya ramai dengan wanita-wanita panggilan, sehingga pada malam hari banyak lelaki-lelaki hidung belang yang bersinggah mencari hiburan di rumah nya. berita tentang ibu tinah yang menjadi seorang germo, begitu cepat terdengar oleh masyarakat, untung saja masyarakat hinga ia menjadi perbinjangkan masyarakat. Hal ini pun berimbas pada tinah, ia kerap kali diejek oleh teman-teman sekolah nya  sebagai anak germo.

“hey Tinah, apakah kamu tak malu punya ibu yang beprofesi sebagai germo?” Kata teman sekelas nya yang bertanya namun menyindir nya. Tinah hanya dapat apabila menangis mendengar pertanyaan-pertanyaan yang sama. ia selalu pulang dengan berlinang air mata saat mendapat pertanyaan dari teman-teman nya itu.
Malam ini tinah sendiri di rumah seak siang tadi. Ibunya sedang pergi ke tempai ibu maria. Ia sangat sedih, ia selalu memikirkan ayah nya.
            “oh tuhan, apakah anak yatim sepertiku tak dapat menjalani kehidupan yang penuh kebahagian?, oh tuahan apakah aku harus malu mempunyai ibu seperti nya?. ucap tinah sambil meneteskan air mata. Saat itu dating ibunya yang diantarkan oleh laki-laki.

“tok , tok, tok, tinah buka nah, ibu pulang.” Mengetuk pintunya. Inah lalu membuka pintunya dengan air mata di pipinya.
“apakah ibu mabuuk lagi bu? Apakah ibu bersama laki-laki hidung belang lagi bu? Mana ibu yang ku kenal dulu, ibu yang selalu menjunjung tinggi agama, yang slalu enyayangi suami dan anak nya, ibu kan yang bilang kita harus mendakatkan diri pada tuahan, tapi mana janji ibu?” seru tinah dengan air mata menetes dengan deras.
“ma’afkan ibu, ibu harus melakukan ini untuk sekolahmu, untuk masa depanmu. Akukan melakukan segalanya untuk disimu dan untuk kebahagiaan kita.” Jawab ibu tinah yang juga menagngis dengan deras.
‘ini yang dinamakan kebahagiaan? Dimana aku selalu mendapat cemoohan, aku selalu mendapat hinaan bu, tapi ibu tak memikirkan hal itukan, aku malu bu, aku malu.” Sambil  melarikan diri ke luar rumah. Tak ada senyuman rembulan yang menghiasi langit malam itu, seperti nya, langitpun ikut merasakan apa yang dirasakan tinah. Langit mendung menjatuhkan air matanya. Tinah terlari ke rumah ibu maria. Dan ia lalu mngetuk pintu, dan ibu mariapun membukakan pintu.
“oh tinah apa yang kamu inginkan hujan-hujan dan malam seperti ini.? Kata ibu maria bertanya pada tinah dengan nada sinis
“bu aku mau menjadi anak buah ibu sebagai wanita penghibur.” Ucap maria sambil meneteskan air mata
“aku tidak salah mendengar ini, gadis lugu seperti mu mau bekerja di tempat ku?”
“jangan mengatakan ku seperti itu, aku terpaksa melakukan ini.”
“oke kalau begitu kamu bisa bekerja besok malam, jaga penampilan mu baik-baik ya agar pelanggan ku betah melihat mu.”
Tinah pergi meninggalkan rumah ibu maria dan kembali kerumah nya dengan diam tanpa kata, walaupun ibunya mencoba tuk bertanya kepadanya, ia tetap tak mau menjawab dan mengurung diri di dalam kamar. Esok paginya ia keluar kamar lalu ibunnya menghampirinya dengan berlinang air mata.
“Tinah tadi ibu maria menelphone ibu dan memberitahu bahwa kamu bekerja di tempatnya betul kah nah.? Ucap ibu tihnah sambil meneteskan air mata.
“ini kan yang ibu inginkan, ini kan yang ibu harapkan dariku untuk menjadi wantita panggilan.” Ucap tinah yang juga menangis.
“kamu tak mengerti nah apa yang ibu lakukan, ini semua untuk kamu, demi kehidupan kita.” Ucap ibu tinah
“ibu yang tak mengerti aku, selama ini ibu melakukan ini tak memikirkan perasaanku aku malu bu, aku malu.” Ucap tinah lalu pergi keluar rumah. Tinah sangat sedih namun ia juga memiliki rasa dendam pada ibunya, ia terhasut oleh rasa malu karna terhasut oleh teman-teman nya yang sering mengolok-olok nya. ia tak peduli pada perasaan ibunya, karena ia neranggapan bahwa ibunya saja tidak mempedulikan perasaan  nya.
Malam ini malam pertama ia bekerja di rumah ibu maria, dan ia kini diperintahkan oleh ibu mara untuk memakai baju yang sungguh minim, sebelumnya ia merupakan gadis yang sangatlah lugu, namun kini sifatnya sangatlah berubah. Ntah apa yang ada dalam pikiran nya sehingga ia mau bekerja di tempat ibu maria.
“Mari bos saya perkenalkan pada tinah barang baru di tempat ini.”  Ucap ibu maria pada laki-laki hidung belang di samping nya.
“waw, sungguh manis rupanya, terima kasih untuk mu yang sudah menyiapkan barang bagus untukku seperti ini.’ Ucap laki-laki itu sambil melirik tajam kearah Tinah. Tinah terlihat masih malu-malu dipandangi oleh laki-laki itu dan iapun masuk kedalam kamar dengan laki-laki yang tak ia kenal, sebenarnya laki-laki ini sudah terbilang cukup tua dengan rambut-rambut yang telah kelihatan putih di kepalanya. Tiba-tiba ibu tinah datang mengetok pintu kamar yang didalam nya ada tinah dan laki-laki tua itu.
“keuar tinah, ini ibu keluar!” seru ibu Tinah sambil mengetok pintu. Tinahpun keluar menghampiri ibunya.
“ada pa ibu datang kemari, aku sedang bekerja bu.” Ucap Tinah dengan nada tinggi
“ayo nak  kita pulang, ibu minta maaf atas perlakuan ibu pada mu, mulai sekarang ibu tak akan bekerja seperti itu lagi nak.” Ucap ibunya seraya meneteskan air mata. Namun tinah tak mendengarkan kata ibunya dan malah menyuruh satpam untuk mengusirnya dari situ. Sebetulnya dalam hati tinah tak tega untuk melakukan ini semua, namun ia dikuasai hawa nafsu untuk membalas dendam pada ibunya. Setelah beberapa hari Tinah merasa Tak enak badan, ia merasa mual-mual. Setelah pergi ke Dokter kandunagn ternyata ia positf hamil. Ia merasa sedih, karena ia sedang mengandung janin yang tak jelas ayahnya yang mana, karena selama ini sudah begitu banyak laki-laki yang menidurinya. Tinah merasa malu, namun ia tetap mempertahankan kandungan nya.
              Sembilan bulan begitu cepat berlalu, hingga kini ia melahirkan bayi perempuan yang cantik. Ia diberi nama Marni. Namun Tinah tak mau membesarkan Marni, dan ia memilih menitipkan nya pada nenek nya. karna ia tak mau pekerjaan malam nya itu terganggu oleh Marni.
            “Tinah anak sapa yang kau bawa ini?” Tanya ibu Tinah sambil menerima Marni dari gendongan Tinah.
            “sudah jangan banyak Tanya, urus saja bayi itu, aku tak ada waktu untuk mengurus nya.” ucap tinah lalu meninggalkan rumah ibunya. Marnipun tumbuh menjadi anak yang baik hati, periang dan sangat rajin beribadah. Ia sangat di didik agama oleh nenek nya itu. Nenek nya mengajarkan pada nya untuk tidak membenci Tinah, karna sebetulnya ibunya itu baik.
 Suatu hari marni diizinkan oleh Tinah untuk tidur di rumah nya semalam, namun ia tinggal sendirian dirumah dan Tinah pulang larut malam dengan bau alcohol yang menyengat.
            “Marni cepat buka pintunya, lelet kamu ini.” Ucap Tinah membentak marni.
Marni membukakan pintu untuk ibunya lalu ia menangis karna kelakuan ibunya.
            “ibu aku mohon ibu menjadi ibu yang baik, berhenti melakukan ini bu!” ucap marni menangisi ibunya. Namun ibunya tak memperdulikan nya, lalu pergi tidur. Marni hanya bisa berdoa pada Allah agar ibunya dibukakan pintu hidayahnya. Namun tiba-tiba marni memiliki cara, kini ia memasang satu paku setiap kali ibunya melakukan prilaku buruk. Hingga akhirnya suatu malam saat Tinah tertidur setelah pulang mabuk-mabukan. Marni memalu satu buah paku kembali dan suaranya terdengar oleh tinah hingga membangunkannya.
            ‘Marni apa yang kamu lakukan untuk apa paku sebanyak ini di dinding?” Ucap Tinah bertanya pada Marni.
            “aku mamalu satu buah paku setiap kali ibu melakukan perbuatan buruk bu.” Ucap marni.
Dan kini ibunya tersimpuh menangis karna ia menyadari berapa banyak dosa yang ia perbuat selama ini, sedangkan paku-paku didinding yang baru di tancaokan beberapa pecan ini namun sudah begitu banyak.  Ia menyesali perbuatannya lalu meminta maaf pada ibunya dan Marni. Ia kini telah bertaubat, ia seperti mendapat sebuah mentari yang kini menyinari hati nya kembali setelah sekian lama hatinya diselimuti kegelapan. kini setiap kali ia melakukan oerbuatan baik, ia mencabut satu paku, hingga akhirnya paku itu sudah tak ada. Namun ia malah terdiam menangis walau pakunya sudah tak ada yang tersisa. Ia menyadari bahwa walau paku itu sudah tercabut, te     tap saja masih meninggalkan bekas.

Kali ini mau berbagi seputar drama yang aku buat, maaf jika ada kesamaan tokoh, jalan cerita dll.
Sebuah Pilihan
                                                          Tokoh:
1.  Marni                               3. Ayah
2.  Ibu                                   4. Penelpon (Pria misterius)
3.  Frans                            

“kring-kring” Marni tersentak dari tidur paginya itu. Ia tersentak dari ranjang kusamnya lalu terduduk.
Marni :          “Terima kasih sobat, kamu selalu membangunkan aku tepat waktu, aku tak tau bagaimana jadinya aku tanpa dirimu.” (memeluk jam wacker nya itu)
Ibu Marti : “ Marni bangun nak, tolong antar ibu kepasar!”
Marni : “ Ah ibu aku hari ini kan ada janji sama teman.”(mengeluh)
Ibu Marti : “ ya sudah kalau begitu biyar ibu pergi sendiri, tapi ibu harap kamu pulang sebelum jam 5 sore ya nak” ( nada lembut)
Marni : “ iya bu, aku mau mandi dulu” ( bergegas mandi)
Setelah mandi marni berpamitan pada ayah dan ibunya
Marni : “ Ibu, aku pergi dulu ya “ ( memakai sepati dan tasnya)
Ibu Marti : “Iya nak, hati-hati. Marni, memang nya kamu mau pergi kemana?”
Marni : “ Marni mau main bu, hari inikan ulang tahun marni.” ( tesenyum pada ibunya)
Ibu Marti: “ Marni, nanti kita ada acara jam 5, kamu cepat pulang ya. Sekalian kita mau ngadain ulang tahun kamu.” ( duduk sambil meminum air tajin)
Marnni : “ ibu, selama ini kan aku tidak pernah di turuti untuk dirayakan ulang tahunku. Setiap aku memintanya ibu selalu tidak punya uang, bahkan minum susupun harus minum air tajin. Palingh-paling hanya seperti acara ulang tahun anak sd” ( berkata melawan)
Ayah : “ Marni, kamu tidak boleh seperti itu. Hargai orang tuamu sekali saja, selama ini kami sabar padamu tapi kamu selalu mementingkan urusanmu dengan teman-temanmu” (nada marah)
Ibu Marti : “ Sudah yah, hari inikan ulang tahun marni jadi ibu harap tidak ada suasana marah di rumah ini.” ( tersenyum terpaksa)
Marni : “ Ya sudah ayah, bu aku pergi dulu” ( Berpamitan lalu pergi)
Marni lalu di jemput oleh pacar nya yaitu Frans untuk pergi berdua kesuatu tempat.
 Marni: “ Frans terima kasih kamu hari ini kamu telah membawaku jalan-jalan. Ini akan menjadi kado terindah di hari ulang tahunku yang ke17” ( duduk berdua di atas motor bersama frans)
Frans: “ Iya tidak papa marni anggap saja ini sebagai tanda cinta seorang kekasih pada pacarnya ” (berkata lembut)
Marni : “ ah frans, kamu bisa saja. Kamu begitu baik padaku walau kau tau aku ini hanyalah gadis desa.”( meletakkan kepalanya pada pundak frans)
Frans:” ah tidak marni. Kau selalu membuat dunia ini serasa berhenti berputar ketika aku bersamamu.( berkata romantis)
Marni : “ Terimakasih Frans.”
tiba-tiba terdengar suara hand phone marni bergetar .
Marni : “ halo, ini siapa?”
Penelpon : “ Kamu tidak perlu tau siapa saya, sekarang hidup kamu akan hancur. Kamu akan kehilangan semua orang yang kamu sayang"(mengancam)
Marni : “halo, sebenarnya ini siapa?” (ketakutan)
Penelpon : “ waktumu sudah tidak banyak lebih baik kamu pergi ke rumah mu. Karna keluargamu terancam!” ( dengan nada tegas)
Marni :” halo, halo. Ini sapa?” ( makin ketakutan)
Frans :” ada apa marni?.
Marni :” ini frans, tadi ada laki-laki yang menelvon ku . dan ia mengatakan bahwa aku akan kehilangan orang yang aku saying termasuk kamu.”
Frans : “ Ah, mungkin itu hanya orang yang sengaja ingin menakutimu. Lagiankan selama ini kamu tidak memiliki musuh”
Marni : “ tapi frans, aku khawatir. Aku benar-benar merasakan bahwa semua ini benar.”(ketakutan)
Frans :” baik sekarang kita harus bagaimana?”
Marni: “ Ia memerintahkan aku harus pulaang kerumah. Dan ia mengatakan bahwa keluargaku terancam.”
Frans :” Baik ayo pergi”
Mereka bergegas menggunakan motor pergi kerumah marni.
Marni : “ Frans ayo kita masuk “
Frans :” lebih baik kamu menunggu diluar biar aku yang kedalam”
Marni : “ baiklah, hati-hati frans”
Frans: “ iya. Jaga dirimu baik-baik.” (pergi meninggalkan marni)
Namun tiba-tiba terdengar suara frans dari dalam.
Frans :” Akhh, tolong marni.”
Marni :” Frans, Frans” (pergi lari ke dalam)
Pria misterius :” Marni, haha. “
Marni :” siapa kamu, kalau berani keluar”
Pria misterius :” aku ada di ruangan yang sempit ini.)
Marni :” aku tidak dapat melihatmu, disini terlalu gelap. Diaman kamu!”
Tiba-tiba muncul dihadapan nya sosok hitam berjubah.
Marni :” Siapa kamu? Kembalikan semua orang yang aku sayang”
Pria misterius :” haha, tidak bisa ! mereka milikku.”
Marni :” aku mohon, aku akan berikan apa saja asal orang yang aku saying kembali”
Pria misterius : “ haha, baiklah. Kamu harus memilih salah satu dari mereka semua. Kamu ingin memilih orang yang kamu saying atau orang yang menyayangimu?.
Marni : “ ini tidak mungkin, keduanya sangat berharga bagiku.”
Kemudian munculah satupersatu orang terdekat marni di ruangan itu.
Marni :” Ibu, ayah, frans. Kembalikan mereka semua”
Pria misterius:” haha, tidak bisa. Kamu harus memilih! Hahaha”
Frans: “ marni aku percaya padamu, kamu sangat mencintaiku bukan”
Ibu:” ayo marni, kami sangat saying padamu. Ayah, ibu semuanya”
Ayah: “ iya marni , kami percaya padamu”
Marni : “ tolonglah aku, mereka semua berharga bagiku, aku tak mungkin membiarkan salah satu dari mereka meninggalkanku.”
Pria misterius:” Terserah apa katamu, aku hanya akan mebiarkan mu mengambil salah satu dari mereka. Aku akan memberimu waktu sampai pukul 5 sore.
Marni: “ tapi, ya tuhan apa yang harus kulakukan, maafkan aku ayah, ibu aku sangat mencintai frans aku berjanji setelah aku menyelamatkan frans aku akan mencari kalian. “
Marni pergi menyelamatkan frans lalu di bawanya keluar marni oleh frans.
Marni :” ayo frans selamatkan orang tua ku.” ( menggeret tangan frans)
Frans “ tapi waktu kita tinggal lima menit lagi .”
Marni :” kamu tega frans, kalaupun harus mati mari kita mati bersma.”
Frans :” Tidak, aku tidak mau mati, kamu saja yang pergi!.”
Marni :” baiklah biar aku yang pergi kedalam sendiri.” ( lari denagn menangis)
Marni pergi kedalam mencari orang tuanya, namun waktu yang tersisa tinggal 3 menit lagi
Marni : “ ya tuhan apa yang harus aku lakukan, aku mohon izinkan lah aku bertemu mereka sekali lagi.” ( terduduk pasrah)
Pria misterius: “ Marni, kamu dapat bertemu dengan orant tuamu jika kamu mau mengorbankan nyawamu sebagai gantinya.”
Marni : “ baiklah, aku akan melkukan apa saja asalkan aku bisa bertemu dengan mereka untuk yang terakhir kalinya.”( memohon)
Pria misterius: “ ingat kamu hanya di beri waktu sampai pukul 5 sore, jadi waktumu tinggal 2 menit lagi.
Frans:” marni, marni bangunlah?” (menggoyang-goyangkan tubuh marni)
Marni :” frans dimana ibu, ayahku, apakah kita semua sudah mati?” ( nafas tersengal-senagal)
Frans:” Ada apa sebenarnya, dari tadi kamu hanya tertidur dalam pangkuanku?”
Marni :” astaga ternyata ini semua hanya mimpi, tapi itu semua benar-benar terlihat nyata, astaga jam 16:58, ini benar-benar terjadi. Ayo frans waktu kita tidak banyak.”
Frans: “ ada apa sebenarnya?”
Marni :” sudah nanti aku ceritakan.” ( lari menaiki motor)
Marni dan frans lalu bergegas pulang.
Marni :” ayo frans waktunya tinggal 42 detik lagi.” ( cemas)
Frans :” iya sabar, sebentar lagi sampai .” ( menambah kecepatan motor)
Merekapun tiba dirumah marni, namun waktu yang tersisa tinggal 5 detik. Di depan pintu terlihat ibu marni beserta ayahnya menunggu marni sembari membawa kue .
Marni :” ibu, ayah!’ ( menghampiri ibu)
Ibu:” marni. “ ( menghampiri marni)
Frans :” marni awas!” ( berteriak kepada marni)
Marnipun meninggal karna tertabrak oleh mobil , dan kata-kata terkhir yang dapat diucapkan marni pada ibuny adalah “ibu marni saying ibu dan ayah”

Karya : Alfan Hidayah Kusuma
Kelas : 3 sci ipa